Bukittinggi – Dr (c). Riyan Permana Putra, SH, MH, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bukittinggi beserta rekan melakukan kunjungan ke rumah kelahiran H Agus Salim di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Selasa, 8 Oktober 2024 lalu.

Menurut Riyan Permana Putra, kunjungan ini bagian dari kegiatan Studi Lapangan terhadap Mahasiswa Magang di LBH Bukittinggi dan Kantor Pengacara Riyan Permana Putra Bukittinggi.

“Kunjungan ke rumah Haji Agus Salim di Koto Gadang bukan hanya sekadar wisata sejarah, melainkan perjalanan menelusuri jejak pemikiran dan perjuangan seorang tokoh yang begitu dekat dengan rakyat yang turut mempengaruhi jalannya Republik,” ujar Riyan Permana Putra, melalui keterangan persnya, Selasa (8/10/2024).

Pada kesempatan itu, LBH Bukittinggi bersama mahasiswa melihat-lihat bangunan rumah yang sederhana, namun penuh makna sejarah.

Di dalam rumah, terdapat berbagai memorabilia yang menceritakan perjuangan Haji Agus Salim, dan kontribusinya terhadap bangsa dan negara.

“Para mahasiswa antusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan pemandu yang berbagi cerita tentang dedikasi dan keberanian Haji Agus Salim dalam memperjuangkan kemetdekan RI,” tutur Riyan Permana Putra.

Riyan Permana Putra menyampaikan kami di sana juga berdiskusi tentang nilai-nilai perjuangan, seperti semangat kebangsaan, keikhlasan dan komitmen untuk memajukan bangsa dan negara.

Kunjungan ini diakhiri dengan refleksi di halaman rumah Haji Agus Salim, dimana LBH Bukittinggi, Kantor Pengacara Riyan Permana Putra, mahasiswa magang LBH Bukittinggi dan Kantor Pengacara Riyan Permana Putra bertekad untuk mengaplikasikan pembelajaran yang didapat dalam kehidupan sehari-hari, berkontribusi positif untuk masyarakat, dan menjadi generasi yang tidak hanya menerima, tetapi memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Riyan Permana Putra berharap kunjungan ini bermanfaat bagi mahasiswa yang magang di LBH Bukittinggi dan Kantor Pengacara Riyan Permana Putra, yakni bagaimana seorang H Agus Salim, tokoh panutan yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan negara.

“Kita berharap dari kunjungan ini, mahasiswa yang magang di LBH Bukittinggi dan Kantor Pengacara Riyan Permana Putra termotivasi untuk tetap terus berkarya dan berjuang, sesuai dengan jejak langkah Pahlawan Nasional H. Agus Salim,” tukasnya

“Kegiatan ini rutin kami gelar setiap Oktober karna hari lahir H. Agus Salim yaitu 8 Oktober 1884,” pungkasnya.

Histori H. Agus Salim dan Masa Depan Nagari dan Republik

Berkunjung ke rumah kelahiran H Agus Salim membawa kesan mendalam. Rumah kayu dengan cat berwarna biru telor asin ini memang kontras dengan lingkungannya. Di sekitar rumah tempat kelahiran H Agus Salim ini, suasananya masih menghijau.

Banyak pepohonan rindang, sawah yang hijau menghampar berpadu dengan nuansa pebukitan yang memanjakan mata memandang. Sebelum sampai ke halaman depan rumah Menteri Luar Negeri RI pertama ini, terlebih dahulu kita melewatu Rumah Bagonjong dengan dominasi cat warna merah bata. Rumah adat Minangkabau ini merupakan balai adat pertemuan warga.

Riyan Permana Putra menyatakan dari histori H. Agus Salim, sebenarnya ia bisa terus hidup mapan sampai tua. Tapi ia memilih ikut pergerakan nasional bersama Sarekat Islam dan hidupnya jauh dari mapan.
Dengan otaknya yang cemerlang itu, jika dia mau dia bisa hidup enak sebagai pegawai pemerintah Hindia-Belanda. Namun, Agus Salim malah meninggalkan pekerjaannya pada konsulat Belanda di Arab Saudi. Agus Salim kemudian memilih untuk tenggelam menjadi aktivis Sarekat Islam (SI) hingga menjadi dwitunggal pemimpin SI bersama H.O.S. Tjokroaminoto. Sejak itu, penghasilannya menjadi tidak menentu, kemiskinan selalu membayanginya.

H. Agus Salim menurut Riyan Permana Putra adalah contoh pemimpin yang berani susah. Jalan hidup H. Agus Salim terkenal dalam kutipan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah jalan yang menderita. Seperti bunyi pepatah kuno Belanda: leiden is lijden—memimpin adalah menderita.”

Riyan Permana Putra juga mengungkapkan H. Agus Salim “sangat berjasa” dalam penggalangan dukungan negara-negara Arab terhadap kemerdekaan Indonesia. Kesamaan Indonesia dengan bangsa-bangsa Arab itu di antaranya memiliki penduduk beragama Islam, selain sama-sama sebagai bangsa timur yang harus saling bantu untuk bebas dari negara-negara barat setelah Perang Dunia II.

Jelang Pilkada 2024 dihelat, terlalu sering kita melihat berita tentang pejabat pemerintah yang pamer kekayaan. Kedudukan yang mereka miliki seakan menjadi legitimasi untuk bergaya hidup mewah. Padahal tidak demikian yang dicontohkan oleh para pemimpin bangsa teladan tempo doeloe. Salah seorang di antaranya adalah Haji Agus Salim, terangnya.

Bahkan Riyan Permana Putra melanjutkan dalam histori H. Agus Salim di Jakarta, keluarga Agus Salim tidak punya tempat tinggal tetap, mereka berkali-kali pindah rumah sewa. Rumah-rumah itu pun bukan tempat tinggal yang nyaman, melainkan rumah sederhana di gang-gang. Agus Salim bersama istri dan anak-anaknya pernah tinggal di Gang Lontar Satu, yang untuk menuju ke sana harus melalui dulu Gang Kernolong kemudian masuk lagi ke sebuah gang kecil.

Maka dari perikehidupannya yang sengsara itu, Riyan Permana Putra mengatakan bahwa Agus Salim menunjukkan kepada kita bahwa pemimpin sejati itu haruslah tahan menderita. Demi sebuah perjuangan, demi suatu cita-cita bersama, pemimpin harus rela mengorbankan dirinya. Bahkan ia mesti ikhlas berkorban lebih besar ketimbang yang dipimpin, tegasnya.

Dari jiwa-jiwa pemimpin semacam itulah kita menyaksikan penderitaan Jenderal Soedirman yang memimpin perang gerilya di atas tandu. Sebagai pemimpin, dia tulus membiarkan tubuhnya hancur demi memimpin perjuangan yang belum selesai. Kita membaca pedihnya kehidupan para founding fathers kita—Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Syahrir—yang dibuang ke tempat-tempat terpencil seperti Digul dan Ende.

Berbenteng di Hati Rakyat, Erman Safar Teladani H. Agus Salim

Dan khusus di Bukittinggi, Riyan Permana Putra mengungkapkan alhamdulillah untuk masa depan nagari dan republik kita masih melihat pemimpin nagari yang pro rakyat yang rela berkorban demi rakyat bahkan berbenteng di hati rakyat, ia adalah H. Erman Safar, SH kata Riyan Permana Putra yang juga merupakan Ketua Tim Hukum/Advokasi Erman Safar – Heldo Aura serta Ketua Tim Hukum/Advokasi partai politik pendukung Erman Safar – Heldo Aura yang merupakan koalisi terbesar di Kota Bukittinggi dengan gabungan Gerindra, Nasdem, Golkar, PKB, PSI, Perindo, PBB, Garuda, Hanura, Gelora, Masyumi, dan Partai Buruh ini.

Riyan Permana Putra menerangkan jelas dalam jejak digitalnya Erman Safar, SH, Walikota Rekomendasi Ulama dengan segala dinamikanya antara popularitas dan elektabilitas, jadi perbincangan di tengah masyarakat Kota Bukittinggi bahkan hingga Nasional, sebagaimana dilansir pada jamgadangnews.com pada Kamis (14/9/2023) lalu.

Erman Safar selalu ingat akan pesan-pesan dari gurunya. Kepada redaksi jamgadangnews.com ia menyampaikan isi hatinya, bahkan ia juga membuat sebuah vidio pendek yang diunggahnya di akun Facebook nya (Erman Safar, red).

Walikota Bukittinggi Erman Safar

Setiap perjumpaan dengan rakyat kecil, tak ada lagi yang pantas untuk dibanggakan, tak ada lagi prestasi dan capaian yang pantas untuk diceritakan dihadapan mereka.

Melihat anak-anak mereka, mendengar kisah dan beratnya perjuangan hidup mereka.

Sudahlah, tidak ada kata lain..!! Kita harus bekerja untuk mereka.

Di setiap perjumpaan mereka selalu tersenyum. Setiap senyuman nya itu pasti saya hampiri, dekatkan diri supaya mereka merasa nyaman.

Ku sapa.. Ku salami.. Doakan dan bantu secara maksimal, dekati anak-anaknya, Kusenyumi, Kusentuh tangannya, Kubelai, Kudekati, karena guruku mengajarkan, urusi orang susah, biar urusanmu Allah SWT yang urus.

“Aku mencintai mereka, mereka mencintaiku”. (Erman Safar)

Prinsip “memimpin adalah menderita” sudah begitu asing dari kenyataan bernegara kita, yang ramai berlaku itu prinsip “memimpin adalah menikmati.” Erman Safar tidak begitu makanya dimana pun ia blusukan selalu ramai dihadiri berbagai masyarakat dari berbagai kalangan, jelas Riyan Permana Putra.

Di tengah suasana peringatan Bulan Oktober yang merupakan Hari Lahir H. Agus Salim, Riyan Permana Putra mengatakan kita mengenang sosok Haji Agus Salim sebagai pemimpin teladan. Kesederhanaan menjadi kunci, di tengah selebrasi para tokoh politik dan manuver korupsi yang dipanggungkan di berbagai media. Kita mengenang Agus Salim dengan air mata: antara kesedihan dan kebanggaan menjadikannya teladan. Kesederhanaan yang bisa digali menjadi nilai keteladanan.

Bagi Agus Salim, memimpin adalah menderita. Menjadi seorang pemimpin haruslah siap menderita untuk kesungguhan cita-cita dan kesejahteraan bangsa, atau umat yang dipimpinnya. Salim membuktikan, betapa penderitaan ia panggul sampai paripurna, betapa kesederhanaan ia dekap hingga ajal tiba. Bukan ia tak punya uang, sebenarnya. Pergaulan lintas pejabat, diplomat, dan peran kuncinya di berbagai peristiwa internasional menjadikan Agus Salim mudah untuk mengakses sumber uang. Ia dapat bergelimang harta, akses untuk mendapatkan energi dan uang dapat dengan mudah dibuka. Namun, ia menolak serakah. Cukuplah kesederhanaan sebagai teman hidupnya.

Kini Riyan Permana Putra mengibrahkan (mengambil hikmah) di peringatan 140 tahun H. Agus Salim kita menyaksikan betapa ongkos tinggi menjadi pemimpin politik yang ditopang ketenaran dan nafsu kekuasaan. Ongkos tinggi ini menjadikan beban politik semakin berat, dengan konsekuensi kerakusan untuk mengakses energi, sumber daya dan brangkas uang negara. Maka, sering kita saksikan betapa manuver-manuver elite politik, dari pusat hingga daerah, terpeleset dengan kasus hukum: masuk jurang korupsi, atau terjaring operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi. Sungguh, bangsa ini merindukan pemimpin yang berjubah kesederhanaan dan berbenteng di hati rakyat.(Tim Media Bukittinggi Agam/Forum Pers Independen Indonesia (FPII) Bukittinggi Agam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *